Punya WC yang bersih dengan air melimpah di dalam rumah bagi beberapa orang ternyata merupakan suatu kemewahan.
Pasalnya, di jaman sekarang ini bahkan masih ada masyarakat Indonesia yang terpaksa menggunakan WC jumbleng.
Salah satu bentuk jamban tradisional, sebagaimana WC cemplung atau WC plengsengan.
Bedanya, jika kedua WC tersebut dikategorikan jamban sehat, tidak demikian dengan WC jumbleng.
Penggunaan WC jumbleng dalam jangka waktu yang lama bahkan bisa mengancam nyawa.
Simak sampai akhir untuk mengetahui penyebabnya.
Pada artikel ini Anda dapat memperluas wawasan tentang pengertian WC jumbleng, kekurangannya, dan alasan mengapa model sanitasi seperti ini dianggap tidak sehat.
Daftar Isi
TogglePengertian WC Jumbleng
Dalam Bahasa Jawa, jumbleng artinya kakus atau jamban, tempat untuk buang hajat sehari-hari.
Pembuatannya sangat sederhana. Orang cukup menggali tanah untuk menampung limbah tanpa septic tank.
Selanjutnya pada bagian atasnya ditutup dengan anyaman bambu, bilah kayu, atau terpal.
Untuk dindingnya ada banyak pilihan, bisa gedhek (kulit bambu), seng, kain tebal, atau terpal bekas.
WC jumbleng biasanya tanpa atap sehingga menyulitkan digunakan kalau hujan sedang turun.
Masyarakat pedesaan umumnya membuat jamban tradisional ini di belakang rumah atau di kebun. Jadi tidak berada di dalam rumah.
Ringkasan
WC jumbleng dibuat dengan menggali tanah tanpa septic tank, lalu menutupnya dengan bambu, kayu, atau terpal. Bagian dindingnya biasanya terbuat dari gedhek, kain, atau terpal.
Cara Pakai WC Jumbleng
Sama seperti cara membuatnya, cara kerja jamban ini juga sangat sederhana.
Kalau mau menggunakan toilet sederhana ini, lubangnya harus dibuka dulu dan tinggal jongkok di dudukannya.
Selanjutnya tutup lubang kembali kalau sudah selesai, tanpa perlu disiram seperti WC modern pada umumnya.
Jadi limbah kotoran manusia akan terkumpul dalam lubang jumbleng (lubang galian tanah) tersebut sampai nanti sudah tidak bisa tertampung lagi.
Oh ya, jangan berharap tersedia ember atau bak berisi air untuk membersihkan diri.
Jadi Anda harus bawa sendiri airnya sebelum buang hajat di toilet ini.
Ringkasan
Anda harus membuka lubang WC dulu sebelum dipakai dan kalau sudah selesai ditutup kembali. Sementara kotoran nantinya akan terkumpul dalam lubang jumbleng.
Kekurangan WC Jumbleng
Memang tak banyak biaya yang dikeluarkan untuk membuat jumbleng ini, cukup dengan modal tenaga, yaitu menggali tanah sampai terbentuk lubang yang memadai.
Meski begitu WC jumbleng tidak dapat dikategorikan jamban sehat karena TIDAK memenuhi persyaratan dari Dinas Kesehatan berikut. [1]
Tidak Berbau
WC jumbleng pasti bermasalah dengan munculnya bau tidak sedap karena lubang penampungan kotoran tidak tertutup secara optimal.
Kotoran Tidak Dapat Dijamah oleh Serangga dan Tikus.
Jamban tradisional ini sangat rawan menjadi sasaran tikus dan serangga karena tempat penampungan limbah yang tidak terlindungi, hanya berupa galian tanah.
Tidak Mencemari Tanah di Sekitarnya
Setelah cukup lama digunakan, kotoran akan menumpuk dan akhirnya mencemari tanah, bahkan bisa juga sumber air di sekitarnya.
Dilengkapi Dinding dan Atap Pelindung
Dinding WC tradisional ini seringkali ala kadarnya, dan tidak mempunyai atap pelindung.
Penerangan dan Ventilasi Cukup
Karena merupakan toilet semi terbuka, tentu ventilasi WC lebih dari cukup, namun untuk masalah penerangan umumnya kurang terpenuhi karena tidak memungkinkan dipasang lampu.
Lantai Kedap Air dan Luas Ruangan Memadai
Seperti yang kita ketahui lantai WC jumbleng hanya terbuat dari anyaman bambu atau bilah kayu ala kadarnya.
Tentu saja material tersebut tidak kedap air. Sementara untuk luas ruangan juga sangat terbatas.
Tersedia Air, Sabun dan Alat Pembersih
WC sederhana ini hanya menyediakan tempat jongkok untuk buang hajat, tanpa suplai air untuk membersihkan diri.
Mudah Dibersihkan dan Aman Digunakan
Penutup lubang penampungan kotoran pada WC jumbleng seringkali tidak cukup kuat sehingga beresiko terperosok.
Belum lagi saat musim hujan pijakan WC jadi licin, sangat berbahaya, terutama untuk anak-anak dan lansia.
Satu lagi dampak buruk jamban jumbleng adalah bisa menjadi sumber penularan penyakit, yang transmisinya dari tinja.
Ini antara lain hepatitis A, polio, kolera, muntaber dan sejenisnya. [2]
Penyakit seperti kolera atau muntaber jika tidak segera mendapatkan penanganan medis bisa beresiko hilangnya nyawa akibat kekurangan cairan.
Ringkasan
WC jumbleng tidak termasuk dalam kategori jamban sehat karena tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan Dinas Kesehatan.
Ada cukup banyak alasan mengapa WC jumbleng sebaiknya tidak lagi digunakan untuk kebutuhan sanitasi keluarga.
Namun tidak sedikit keluarga pra sejahtera yang terpaksa masih harus menggunakan toilet tradisional ini untuk kebutuhan buang hajat sehari-hari.
Untunglah pemerintah melalui dinas-dinas terkait terus menggalakkan program jambanisasi untuk menuju masyarakat lebih sehat.
Semoga dapat menambah wawasan Anda dan baca juga artikel informatif kami lainnya terkait WC di website ini.